BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
bermain
Bermain merupakan hak setiap orang dan tanpa
dibatasi usia. Khususnya bagi anak- anak, bermain merupakan kegiatan anak –
anak yang paling disukai, tidak ada anak – anak yang tidak menyukai bermain.
Melalui bermain anak dapat memetik berbagai manfaat bagi perkembangannya.
Bermain adalah aktivitas yang menyenangkan dan merupakan kebutuhan yang sudah
melekat dalam diri setiap anak. Bermain merupakan jembatan bagi anak dari
belajar secara informal menjadi formal. Bermain mempunyai banyak manfaat dalam
mengembangkan keterampilan anak sehingga anak lebih siap untuk menghadapi
lingkungannya dan lebih siap lagi dalam mengikuti pendididkan jenjang yang
lebih tinggi.
Banyak sekali pengertian teori mengenai bermain oleh
parah ahli. Diantaranya yaitu; Sigmun Freud (teori psikoanalisa), Teori
kognitif (Jean Piaget, Lev Vigotsky,Jerome Bruner, Sutton Smith, Singer), dan
Mildred Partern.
1. Sigmund
Freud
Freud memendang bahwa
bermain sama seperti fantasi atau lamunan, melalui bermain ataupun fantasi,
seseorang dapat memproyeksikan harapan- harapan maupun konflik pribadi. Freud
percaya bahwa bermain meegang peran penting dalam perkembangan emosi anak. Anak
dapat mengeluarkan semua perasan negatif seperti, pangalaman yang tidak
menyenangkan, traumatic dan harapan – harapan yang tidak dapat terwujud dalam
realita atau kenyataan. Melalui bermain anak dapat mengambil peran aktif
sebagai pemrasaran dan memindahkan perasaan negative ke objek atau orang
pengganti. Dalam hal ini Freud tidak mengemukakan pengertian secara harfiah
mengenai bermain, namun Freud memandang bahwa bermain sebagai cara yang digunakan anak untuk mengatasai masalahnya
2. Jean
Piaget
Menurut piaget bermain
merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan. Piaget membagi
tahap bermain anak menadi 4 yaitu sensori motor, simbolk, bermain dengan
aturan, dan bermain dengan aturan dan olah raga. Menurut piaget proses belajar
diperlukan adaptasi, asimilasi, dan akomodasi. Maksudnya, dalam proses belajar
perlu adaptasi dan adaptasi memerlukan asimilasi dan akomodasi. Asimlasi ialah
proses penggabungan informasi baru yang ditemui dalam realitas dengan struktur
kognisi seseorang. Sedangkan akomodasi ialah mengubah struktur kognisi sesorang
untuk disesuaikan atau meniru apa yang diamatinya.
Menurut piaget bermain
adalah keadaan tidak seimbang dimana asimilasi lebih dominan ketimbang
akomodasi. Piaget mengemukakan bahwa saat bermain anak tidak belajar sesuatu
yang baru, tetapi mereka belajar mempraktekan dan mengkonsolidasi keterampilan
yang bari diperoleh.
3. Lev
Vigotsky
Menurut vigotsky
bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi. Menurutnya anak
kecil tidak mampu berpikir abstrak karena bagi mereka makna dan objek berbaur
menjadi satu. Vygotsky membedakan tahapan menjadi 2 yaitu actual (independent
performance) dan potensial (assited performance) dengan zone of proximal
development (ZPD). Menurut vygotsky bermain adalah self tool. Pandangan
vygotsky mengenai bermain bersifat menyeluruh, maksudnya tidak hanya terdapat
aspek kognitif namun ada aspek social dan emosi.
4. Jerome
Bruner
Menurutnya bermain
merupakan sarana mengembangkan kreativitas dan fleksibelitas. Dalam bermain
yang lebih penting bagi anak adalah makna bermain dan bukan hasil akhirnya.
Saat bermain anak tidak memiliki sasaran yang dicapai sehingga dia mampu
bereksperimen dengan memadukan berbagai perilaku baru serta “tidak biasa”.
Bermain dapat mengembangkan fleksibelitas dengan banyak pilihan perilaku bagi anak. Bermain memungkinkan anak
bereksplorasi terhadap berbagai kemungkinan yang ada
5. Sutton
Smith
Menurutnya bermain
merupakan kegiatan bermain khayal (pura- pura). Hal ini memudahkan transformasi
simbolik kognisi anak sehingga dapat meningkatkan fleksibelitas mental. Anak dapat menggunakan
ide- idenya dengan cara baru serta tidak biasa dan menghasilkan ide yang
kreatif yang dapat diterapkan untuk
tujuan adaptif. Smith mengemukakan bermain sbagai adaptive
potentiation.Adaptive potentiation maksudnya bermain memberikan berbagai
kemungkinan sehingga anak dapat dapat mementukan bermacam pilihan dan mengatur
fleksibelitas secara baik.
6. Singer
Singer berpendapat
bahwa bermain sebagai kekuatan positif untuk perkembangan manusia. Ia
menganggap bermain sebagia mekanisme coping terhadap ketidak matangan emosi. Bermain digunakan anak untuk
mnejelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dan kreativitas anak. Menurutnya
bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya
rangsangan (stimulus) baik dari dunia luar ataupun drai dalam yaitu aktivitas
otak yang secra konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman – pengalaman[1].
7. Mildred
Partern
Menurutnya bermain merupakan sarana
sosialisasi yang memiliki kadar interaksi social mulai dari kegiatan bermain yang mencerminkan tingkat
perkembangan social anak[2].
Dapat disimpulkan dari pengertian yang dikemukakan
oleh para ahli bahwa bermain merupaka suatu kegiatan yang menyenangkan berupa
pengalaman simbolik situasi social yang dimana di dalamnya mempunyai manfaat
bagi perkembangan anak diantaranya aspek social, emosi, dan kognitif anak.
Namun tidak hanya itu bermain pun dapat memberikan manfaat yang lainnya pada
setiap aspek perkembangan.
Selain itu bermain mempunyai ciri –ciri. Adapun
beberapa ciri-ciri kegiatan bermain yaitu[3]
:
1. Dilakukan
berdasarkan motivasi intrinsic atau dari dalam dirinya sendiri (keinginan
pribadinya sendiri) serta untuk kepentingannya sendiri.
2. Perasaan
dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi
positif.
3. Fleksibelitas, ditandai dengan mudahnya kegiatan beralih
dari suatu aktivitas ke aktivitas lainnya.
4. Lebih
menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir. Saat bermain
perhatian anak-anak lebih terpusat pada kegiatan yang berlangsung dibandingkan tujuan yang ingin dicapai. Tidak
adanya tekanan untuk mencapai prestasi, membebaskan anak untuk mencoba berbagai variasi kegiatan.
Karena itu bermain cenderung fleksibel, tidak ditentukan oleh sasaran yang
ingin dicapai.
5. Bebas
memilih. Anak bebas dalam hal memilih kegiatan dan apa yang ingin dilakukannya
tanpa kehendak orang lain
6. Mempunyai
kualitas pura-pura. Kegiatan bermain mempunyai kerangka tertentu yang
memisahkan dari realita atau kehidupan sehari-hari. Kerangka ini berlaku pada
terhadap semua bentuk kegiatan bermain. Realitas internal lebih diutamakan
daripada realitas eksternal, karena anak memberi makna baru terhdap objek yang
dimainkan dan mengabaikan keadaan objek yang sesungguhnya. Kualitas pura-pura
memungkinkan anak bereksperimen dengan kemungkinan- kemungkinan baru.
B. Tahapan
Bermain
Kegiatan bermain mempunyai tahapannya masing-masing.
Inilah yang dikemukakan pula oleh
beberapa ahli diantaranya partern, jean piaget, dan Hurlock
1. Partern
Parten membagi tahapan
bermain dalm 6 bentuk kegiatan bermain[4],
yaitu :
a. Unoccupied
Play
Anak tidak
benar-benar terlibat dalam kegiatan
bermain melainkan hanya mengamati kejadian sekitarnya yang menarik perhatian
anak. Contohnya ; ikut-ikutan orang lain berkeliling atau naik turun kursi tanpa tujuan jelas.
b. Solitary
Play (bermain sendiri)
Biasanya nampak pada
anak yang berusia amat muda. Anak sibuk bermain sendiri dan tampak tidak
memperlihatkan kehadiran anak-anak lain disekitarnya. Contohnya bermain boneka,
mobil-mobilan dll.
c. Onlooker
Play (pengamat)
Kegiatan bermain dengan
mengamati anak-anak lain melakukan kegiatan bermain dan tampak ada minat yang
semakin besar terhadap kegiatan anak lain yang diamatinya. Contohnya menonton
pertandingan bola, menonton lomba-lomba, melihat anak-anak sedang main sebuah
permainan.
d. Parallel
Play (bermain parallel)
Tampak saat dua anak
atau lebih bermain dengan jenis alat permainan yang sama dan melakukan gerakan
atau kegiatan yang sama tetapi bila diperhatikan tampak bahwa sebenarnya tidak
ada interaksi diantara mereka. Mereka melakukan kegiatan yang sama secara
sendiri-sendiri disaaat waktu yang bersamaan. Contohnya membuat bangunan
melalui bermain balok, bermain puzzle, atau bermain lego, bermain sepeda.
e. Assosiative
Play (bermain asosiatif)
Ditandai dengan adanya
interaksi antar anak yang bermain, saling tukar alat permainan, akan tetapi
bila diamati akan tampak bahwa masing-masing anak sebenarnya tidak terlibat
kerja sama. Contohnya tapak gunung, bermain karet atau lompat tali, menggambar
bersama.
f. Cooperative
Play (bermain bersama)
Ditandai dengan adanya kerja
sama atau pembagian tugas dan pembagian peran anatar anak-anak yang terlibat
permainan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Contohnya, dokter-dokteran,
penjual dan pembeli
2. Jean
Piaget
Jean Piaget membaginya
menjadi 4 tahapan yaitu[5]
:
a. Sensory
Motor Play (3 bulan – 2 tahun)
Kegiatan anak
semata-mata merupakan kelanjutan kenikmatan yang diperolehnya. Kegiatan
berdasarkan inderana dan tubuhnya. Contohnya bermain cilukba, pok ame-ame.
b. Symbolic
play (2-7 tahun)
Merupakan ciri periode
praoperasional yang ditandai dengan bermain pura-pura atau imajainatif dan
khayalan. Pada masa ini anak juga lebih banyak bertanya dan menjawab
pertanyaan, mencoba berbabagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang,
kuantitas dan sebagainya. Contohnya bermain dokter-dokteran, masak-masakan,
penjual dan pembeli, kuda-kudaan.
c. Social
Play games with rules (8- 11 tahun)
Dalam bermain banyak
diwarnai oleh nalar, logika yang bersifat objektif. Kegiatan anak lebih banyak
dikendalikan oleh aturan permainan. Contohnya bermain tak kadal, main kelereng,
tapak gunung.
d. Games
with rules and sport (11 tahun keatas)
Kegiatan bermain lain
yang memiliki aturan dan olahraga. Kegiatan bermain ini masih menyenangkan dan
dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan kaku. Contohnya bermain
sepak bola, kasti, basket.
3. Hurlock
Hurlock mengemukakan
bahwa perkembangan bermain terjadi melaui tahapan sebagai berikut[6]
:
a. Tahap
Penjelajahan (Exploartory stage)
Berupa kegiatan
mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau, meraih benda disekelilingnya
lalu mengamatinya. Contohnya anak berusaha menggapai sesuatu dengan merangkak
atau berjalan.
b. Tahap
mainan (toy stage)
Anak mulai mengetahui
mainan dan meminta mainan, terkadang hanya sekedar memintanya tanpa
memeperduliakan kegunaannya. Biasanya terjadi pada usia 2-6 tahun dengan
puncaknya pada usia 5-6 tahun, sedangkan pada usia 2-3 hanya sekedar mengamati.
Contohnya bermain gelembung-gelembung sabun, terompet.
c. Tahap
bermain (paly stage)
Pada masa ini jenis
permainan anak semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi
games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa. Biasanya
terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah dasar. Contohnya bermain bola.
d. Tahap
melamun (Daydream play)
Tahap ini diawali saat anak
mendekati masa pubertas. Pada masa ini anak sudah kurang berminat terhadap
kegiatan bermain yang tadinya mereka
sukai mulai banyak dihabiskan waktunya dengan melamun atau menghayal. Biasanya
terjadi pada masa pubertas.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak
dengan spontan, dan perasaan gembira, tidak memiliki tujuan ekstrinsik,
melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar
bermain dan merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, serta
memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain
pada anak memiliki tahap-tahap yang sesuia dengan perkembangan anak, baik
kognitif, afektif, maupun psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.
C. Manfaat
Bermain
Bermain bukanlah hal atau suatu kegiatan yang hanya
membuang waktu saja. Namun, dalam bermain pun juga memiliki banyak manfaat
terutama pada perkembangan anak. Adapun manfaat bermain bagi anak adalah[7]
:
1. Manfaat
bermain untuk perkembangan aspek fisik
Dari hal ini tentunya
dalam bermain melibatkan gerakan-gerakan tubuh yang akan membuat tubuh menjadi
sehat. Otot-otot tubuh akan tumbuh dan menjadi kuat. Selain itu anggota tubuh
mendapat kesempatan untuk digerakan. Selain itu anak dapat menyalurkan
energy yang berlebih sehingga anak
menjadi tidak gelisah.
2. Manfaat
anak bermain untuk perkembangan aspek motoric kasar dan motoric halus
Melalui bermain anak
dapat melatih koordinasi mata dan tangannya sehingga anak menjadi lebih
terampil. Selain itu anak dapat menggerakan tangan, kaki ,serta tubuhnya.dan
melalui bermain anak menjadi cekatan melakukan gerakan-gerakan seperti seperti
berlari, meniti, bergelantungan, melompat, menendang, melempar, dan menangkap.
3. Manfaat
bermain untuk perkembangan aspek social
Melalui bermain anak
akan belajar tentang berbagi, menggunakan alat mainan secara bergiliran,
melatih kesabaran, tertib, bekerja sama, serta berkomunikasi dan interaksi
dengan temannya. Selain itu anak juga belajar
mengenai system nilai, kebiasaan-kebiasaan dan standar moral dalam
masyarakat, serta belajar bagaimana cara berprilaku.
4. Manfaat
bermain untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian
Melalui bermain anak
dapat melepaskan rasa ketidaksukaannya, ketegangan yang dialaminya, memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, dan dorongan-dorongan yang dari dalam diri yang belum
terpuaskan dalam kehidupan nyata, serta menyalurkan perasaannya. Dengan hal ini
akan membuat anak menjadi relaks, senang dan setidaknya lega.
5. Manfaat
bermain untuk perkembangan aspek kognisi
Anak dpat belajar
mengenai konsep-konsep dasar, kemampuan berbahasa, kreativitas (daya cipta),
melatih daya nalar, serta daya ingat.
6. Manfaat
bermain untuk mengasah ketajaman penginderaan
Melalui bermain
penginderaan akan diasah sehingga anak menjadi lebih tanggap atau peka terhadap
lingkungan yang ada disekitarnya.
7. Aspek perkembangan kreativitas.
kegiatan ini menyangkut kemampuan melihat
sebanyak mungkin alternatif jawaban. Kemampuan divergen ini yang mendasari
kemampuan kreativitas seseorang.
Adapun
manfaat lainnya menurut Effiana Yuriastien ada beberapa manfaat bermain bagi
anak[8],
yaitu :
1. Memahami
diri sendiri dan mengembangkan harga diri. Ketika bermain, anak akan menentukan
pilihan-pilihan. Mereka harus memilih apa yang akan dimainkan. Anak juga
memilih di mana dan dengan siapa mereka bermain. Semua pilihan itu akan
membantu terbentuknya gambaran tentang diri mereka dan membuatnya merasa mampu
mengendalikan diri. Misalnya Permainan memotong kertas, mengatur letak atau
mewarnai dapat dilakukan dalam beragam bentuk. Tidak ada batasan yang harus
diikuti. Identitas dan kepercayaan diri dapat berkembang tanpa rasa ketakutan
akan kalah atau gagal. Pada saat anak menjadi semakin dewasa dan identitasnya
telah terbentuk dengan lebih baik, mereka akan semakin mampu menghadapi
tantangan permainan yang terstruktur, bertujuan dan lebih dibatasi oleh
aturan-aturan.
2. Menemukan
apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan kepercayaan diri.
Permainan mendorong berkembangnya keterampilan, fisik, sosial dan intelektual. Misalnya perkembangan keterampilan sosial dapat terlihat dari cara anak mendekati dan bersama dengan orang lain, berkompromi serta bernegosiasi. Apabila anak mengalami kegagalan saat melakukan suatu permainan, hal itu akan membantu mereka menghadapi kegagalan dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada saat mereka benar-benar harus bertanggungjawab.
Permainan mendorong berkembangnya keterampilan, fisik, sosial dan intelektual. Misalnya perkembangan keterampilan sosial dapat terlihat dari cara anak mendekati dan bersama dengan orang lain, berkompromi serta bernegosiasi. Apabila anak mengalami kegagalan saat melakukan suatu permainan, hal itu akan membantu mereka menghadapi kegagalan dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada saat mereka benar-benar harus bertanggungjawab.
3.
Melatih mental anak
Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki sekaligus mendapatkan pengetahuan baru. Orangtua akan dapat semakin mengenal anak dengan mengamati saat bermain. Bahkan, lewat permainan (terutama bermain pura-pura) orangtua juga dapat menemukan kesan-kesan dan harapan anak terhadap orangtua serta keluarganya.
Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki sekaligus mendapatkan pengetahuan baru. Orangtua akan dapat semakin mengenal anak dengan mengamati saat bermain. Bahkan, lewat permainan (terutama bermain pura-pura) orangtua juga dapat menemukan kesan-kesan dan harapan anak terhadap orangtua serta keluarganya.
4.
Meningkatkan
daya kreativitas dan membebaskan anak dari stres
Kreativitas anak akan berkembang melalui permainan. Ide-ide yang orisinil akan keluar dari pikiran mereka, walaupun kadang terasa abstrak untuk orangtua. Bermain juga dapat membantu anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari. Stres pada anak biasanya disebabkan oleh rutinitas harian yang membosankan.
Kreativitas anak akan berkembang melalui permainan. Ide-ide yang orisinil akan keluar dari pikiran mereka, walaupun kadang terasa abstrak untuk orangtua. Bermain juga dapat membantu anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari. Stres pada anak biasanya disebabkan oleh rutinitas harian yang membosankan.
5.
Mengembangkan
pola sosialisasi dan emosi anak
Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran ‘baik’ dan ‘jahat’, hal ini membuat mereka kaya akan pengalaman emosi. Anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan penolakan dari situasi yang dia hadapi.
Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran ‘baik’ dan ‘jahat’, hal ini membuat mereka kaya akan pengalaman emosi. Anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan penolakan dari situasi yang dia hadapi.
6.
Melatih motorik
dan mengasah daya analisa anak
Melalui permainan, anak dapat belajar banyak gal. Di antaranya melatih kemampuan menyeimbangkan antara motorik halus dan kasar. Hal ini sangat mepengaruhi perkembangan psikologisnya. Permainan akan memberi kesempatan anak untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus memecahkan masalah. Anak-anak akan berusaha menganalisa dan memahami persoalan yang terdapat dalam setiap permainan.
Melalui permainan, anak dapat belajar banyak gal. Di antaranya melatih kemampuan menyeimbangkan antara motorik halus dan kasar. Hal ini sangat mepengaruhi perkembangan psikologisnya. Permainan akan memberi kesempatan anak untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus memecahkan masalah. Anak-anak akan berusaha menganalisa dan memahami persoalan yang terdapat dalam setiap permainan.
7.
Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata, mungkin akan memperlohen pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara saat bermain.
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata, mungkin akan memperlohen pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara saat bermain.
8.
Mengembangkan
otak kanan anak
Bermain memiliki aspek-aspek yang menyenangkan dan membuka kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan teman sebaya serta mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Dengan begitu, bermain memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan, kemampuan yang mungkin kurang terasah baik di sekolah maupun di rumah.
Bermain memiliki aspek-aspek yang menyenangkan dan membuka kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan teman sebaya serta mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Dengan begitu, bermain memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan, kemampuan yang mungkin kurang terasah baik di sekolah maupun di rumah.
9.
Standar moral
Walaupun anak belajar di rumah dan sekolah tentang apa yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral selain dalam kelompok bermain.
Walaupun anak belajar di rumah dan sekolah tentang apa yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral selain dalam kelompok bermain.
D.
Macam
–macam Kegiatan Bermain
Kegiatan bermain
terbagi menjadi 2 jenis, bermain aktif dan bermain aktif. Kedua kegiatan
bermain tersebut memberikan kesenangan, kegembiraan, dan kebahagiaan pada anak
dan dapat memenuhikebutuhana anak untuk bermain. Keduannya mempunyai sumbangan
positif baik terhadap penyesuaian diri anak secara perkembangan emosi,
kepribadian, maupun kognisi.
1. Bermain
aktif
Bermain
aktif kegiatan yang diperoleh dari apa yang dilakukannya sendiri. Bermain aktif
banyak dilakukan pada masa kanak-kanak awal. Namunkegiatan ini akan selalu ada
bersama kegiatan bermain pasif hanya penekannannya saja yang berbeda. Beberapa
kegiatan bermain aktif diantaranya :
a. Bermain
bebas dan spontan
b. Bermain
konstruktif (kegiatan yang menggunakan berbagai benda untuk menciptakan hasil
tertentu)
c. Bermain
khayal atau bermain peran
d. Mengumpulkan
benda-benda (koleksi)
e. Melakukan
penjelajahan atau ekplorasi
f. Games
dan oalahraga
g. Music
(bernyanyi atau bermain alat music)
h. Melamun
2. Bermain
Pasif
Bermain
pasif cara memperoleh kesenangannya bukan berdasarkan kegiatan yang
dilakukannya sendiri, hiburan (amusement) merupakan salah satu bentuk bermain
pasif. Beberapa kegiatan bermain pasif diantaranya :
a. Membaca
b. Melihat
komik
c. Menonton
film
d. Mendengarkan
radio
e. Mendengarkan
radio
- Bermain dan Kreativitas Anak Usia Dini
Bermain
memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat
berekperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain
atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia
akan melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas memberi anak
kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki
pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting
artinya bagi anak usia dini, karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika
kreativitas dapat membuat permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa
bahagia dan puas
Bermain
memberikan keseempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan
kreatifnya sebagai kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk
menemukan sesuatu dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal
secara berbeda, menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang
lain serta mengartikannya dalam banyak alternatif cara.Selain itu bermain
memberikan kesempatan pada individu untuk berpikir dan bertindak imajinatif,
serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan perkembangan kreativitas
anak. Bentuk
bermain yang dapat membantu mengembangkan kreativitas [9]:
1.
Mendongeng
2.
Menggambar
3.
Bermain alat musik sederhana
4.
Bermain dengan lilin atau malam
5.
Permainan tulisan tempel
6.
Permainan dengan balok
7.
Berolahraga
- Hubungan Perilaku Bermain dengan Kreativitas
Usia anak
pra sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktunya diisi
dengan kegiatan bermain. Menurut Mulyadi mendefinisikan perilaku bermain
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan spontan dan dengan perasaan
gembira, tidak memiliki tujuan yang eksentrik, melibatkan peran aktif anak,
memiliki hubungan yang sistematis dengan hal diluar bermain (seperti
perkembangan kreativitas sebagai kemampuan kognitif), sehingga hal ini
memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Anak memperoleh kesempatan
yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas
mengekspresikan gagasannya melalui khayalan, drama, bermain konstruktif, dan
sebagainya. Rasa aman dan bebas merupakan kondisi terpenting bagi tumbuhnya kreativitas.
Keadaan demikian sungguh berkaiatan dengan upaya pengembangan kreativitas
Kreativitas anak usia prasekolah, tidak bisa dilepaskan dari factor bermain. Bermain
merupakan awal dari timbulnya kreativitas. Orang tua dan guru dapat berperan
aktif menciptakan suasana bermain melalui sikap individu, menerima anak
sebagaimana adanya, memberi kebebasan pada anak, menjauhi sikap otoriter dalam memupuk
bakat dan minat anak untuk berprestasi dan berkreasi secara actual[10].
Menurut Drevdahl (dalam Zulkarnain, 2002) menyatakan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan untuk mencipta karangan, hasil atau ide-ide yang baru yang
sebelumnya tidak dikenal oleh pencipta. Kemampuan ini merupakan aktivitas imajinatif
atau berpikir sintesis yang hasilnya bukan merupakan pembentukan kombinasi dari
informasi yang diperoleh dari pengalaman- pengalaman sebelumnya menjadi hal
baru, harus berarti dan bermanfaat. Orang tua sangat senang memiliki anak yang
cerdas dan kreatif. Potensi kreativitas sebenarnya sudah dimiliki sejak lahir,
namun peran orang tua dan guru yang dapat memastikan potensi mereka agar
berkembang secara optimal. Menjadi kreatif penting artinya bagi anak karena
dapat menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat
permainan menyenangkan, mereka akan
merasa bahagia dan puas (Hurlock, 1993). Mulyadi (2004) membagi jenis perilaku
bermain menjadi empat yaitu bermain fisik, kreatif, imajinatif dan
manipulative play. Masing-masing jenis perilaku
bermain mempunyai manfaat tetapi tentu saja perlu dilakukan dengan seimbang
karena apabila anak terlalu terpaku pada salah satu jenis kegiatan, anak tidak
akan mendapatkan manfaat yang akan dipetik (Tedjasaputra, 2005). Pendidikan di
taman kanak-kanak harus lebih banyak menekankan segi bermain sambil belajar.
Maka segala kegiatan
hendaknya dilaksanakan dengan cara bermain untuk memupuk kreativitas anak sejak
dini
[4]
Mayke
S.Tedjasaputra, Bermain,Mainan,dan
Permainan, ( Jakarta : Grasindo,2007 ).hh.21-23
[5]
Mayke
S.Tedjasaputra, Bermain,Mainan,dan
Permainan, ( Jakarta : Grasindo,2007 ).hh.24-27
[6]
Mayke
S.Tedjasaputra, Bermain,Mainan,dan
Permainan, ( Jakarta : Grasindo,2007 ).hh.27-28
[7]
Mayke
S.Tedjasaputra, Bermain,Mainan,dan
Permainan, ( Jakarta : Grasindo,2007 ).hh.39-44
[8] http//www.wordpres .com -pengertian bermain menurut ahli dan pentingnya bermain-oleh Sabab
Jalal, diunduh pada 21 oktober 2014
pukul 19.40 wib.
[9]
http//www.wordpres.
com – Bermain dan kreativitas anak usia
dini- oleh Devi Ari Mariani, diunduh pada 21 oktober 2014 pukul 20.10 wib
[10]
Htttp//www.
Gunadarma.ac.id- Jurnal_hubungan perilaku bermain dengan kreativitas pada anak
pra-sekolah- oleh Astria Hendraswati, diunduh pada 24 oktober 2014, pukul 18.55
wib
No comments:
Post a Comment