Monday, December 15, 2014

KREATIVITAS DAN BERMAIN



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian bermain
Bermain merupakan hak setiap orang dan tanpa dibatasi usia. Khususnya bagi anak- anak, bermain merupakan kegiatan anak – anak yang paling disukai, tidak ada anak – anak yang tidak menyukai bermain. Melalui bermain anak dapat memetik berbagai manfaat bagi perkembangannya. Bermain adalah aktivitas yang menyenangkan dan merupakan kebutuhan yang sudah melekat dalam diri setiap anak. Bermain merupakan jembatan bagi anak dari belajar secara informal menjadi formal. Bermain mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan keterampilan anak sehingga anak lebih siap untuk menghadapi lingkungannya dan lebih siap lagi dalam mengikuti pendididkan jenjang yang lebih tinggi.
Banyak sekali pengertian teori mengenai bermain oleh parah ahli. Diantaranya yaitu; Sigmun Freud (teori psikoanalisa), Teori kognitif (Jean Piaget, Lev Vigotsky,Jerome Bruner, Sutton Smith, Singer), dan Mildred Partern.
1.      Sigmund Freud
Freud memendang bahwa bermain sama seperti fantasi atau lamunan, melalui bermain ataupun fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapan- harapan maupun konflik pribadi. Freud percaya bahwa bermain meegang peran penting dalam perkembangan emosi anak. Anak dapat mengeluarkan semua perasan negatif seperti, pangalaman yang tidak menyenangkan, traumatic dan harapan – harapan yang tidak dapat terwujud dalam realita atau kenyataan. Melalui bermain anak dapat mengambil peran aktif sebagai pemrasaran dan memindahkan perasaan negative ke objek atau orang pengganti. Dalam hal ini Freud tidak mengemukakan pengertian secara harfiah mengenai bermain, namun Freud memandang bahwa bermain sebagai cara yang digunakan  anak untuk mengatasai masalahnya
2.      Jean Piaget
Menurut piaget bermain merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan. Piaget membagi tahap bermain anak menadi 4 yaitu sensori motor, simbolk, bermain dengan aturan, dan bermain dengan aturan dan olah raga. Menurut piaget proses belajar diperlukan adaptasi, asimilasi, dan akomodasi. Maksudnya, dalam proses belajar perlu adaptasi dan adaptasi memerlukan asimilasi dan akomodasi. Asimlasi ialah proses penggabungan informasi baru yang ditemui dalam realitas dengan struktur kognisi seseorang. Sedangkan akomodasi ialah mengubah struktur kognisi sesorang untuk disesuaikan atau meniru apa yang diamatinya.
Menurut piaget bermain adalah keadaan tidak seimbang dimana asimilasi lebih dominan ketimbang akomodasi. Piaget mengemukakan bahwa saat bermain anak tidak belajar sesuatu yang baru, tetapi mereka belajar mempraktekan dan mengkonsolidasi keterampilan yang bari diperoleh.
3.      Lev Vigotsky
Menurut vigotsky bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi. Menurutnya anak kecil tidak mampu berpikir abstrak karena bagi mereka makna dan objek berbaur menjadi satu. Vygotsky membedakan tahapan menjadi 2 yaitu actual (independent performance) dan potensial (assited performance) dengan zone of proximal development (ZPD). Menurut vygotsky bermain adalah self tool. Pandangan vygotsky mengenai bermain bersifat menyeluruh, maksudnya tidak hanya terdapat aspek kognitif namun ada aspek social dan emosi.
4.      Jerome Bruner
Menurutnya bermain merupakan sarana mengembangkan kreativitas dan fleksibelitas. Dalam bermain yang lebih penting bagi anak adalah makna bermain dan bukan hasil akhirnya. Saat bermain anak tidak memiliki sasaran yang dicapai sehingga dia mampu bereksperimen dengan memadukan berbagai perilaku baru serta “tidak biasa”. Bermain dapat mengembangkan fleksibelitas dengan banyak pilihan  perilaku bagi anak. Bermain memungkinkan anak bereksplorasi terhadap berbagai kemungkinan yang ada
5.      Sutton Smith
Menurutnya bermain merupakan kegiatan bermain khayal (pura- pura). Hal ini memudahkan transformasi simbolik kognisi anak sehingga dapat meningkatkan  fleksibelitas mental. Anak dapat menggunakan ide- idenya dengan cara baru serta tidak biasa dan menghasilkan ide yang kreatif  yang dapat diterapkan untuk tujuan adaptif. Smith mengemukakan bermain sbagai adaptive potentiation.Adaptive potentiation maksudnya bermain memberikan berbagai kemungkinan sehingga anak dapat dapat mementukan bermacam pilihan dan mengatur fleksibelitas secara baik.
6.      Singer
Singer berpendapat bahwa bermain sebagai kekuatan positif untuk perkembangan manusia. Ia menganggap bermain sebagia mekanisme coping terhadap ketidak matangan emosi. Bermain digunakan anak untuk mnejelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dan kreativitas anak. Menurutnya bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya rangsangan (stimulus) baik dari dunia luar ataupun drai dalam yaitu aktivitas otak yang secra konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman – pengalaman[1].
7.      Mildred Partern
Menurutnya bermain merupakan sarana sosialisasi yang memiliki kadar interaksi social mulai dari  kegiatan bermain yang mencerminkan tingkat perkembangan social anak[2].
Dapat disimpulkan dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa bermain merupaka suatu kegiatan yang menyenangkan berupa pengalaman simbolik situasi social yang dimana di dalamnya mempunyai manfaat bagi perkembangan anak diantaranya aspek social, emosi, dan kognitif anak. Namun tidak hanya itu bermain pun dapat memberikan manfaat yang lainnya pada setiap aspek perkembangan.
Selain itu bermain mempunyai ciri –ciri. Adapun beberapa ciri-ciri kegiatan bermain yaitu[3] :
1.      Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsic atau dari dalam dirinya sendiri (keinginan pribadinya sendiri) serta untuk kepentingannya sendiri.
2.      Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi positif.
3.      Fleksibelitas,  ditandai dengan mudahnya kegiatan beralih dari suatu aktivitas ke aktivitas lainnya.
4.      Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir. Saat bermain perhatian anak-anak lebih terpusat pada kegiatan yang berlangsung  dibandingkan tujuan yang ingin dicapai. Tidak adanya tekanan untuk mencapai prestasi, membebaskan  anak untuk mencoba berbagai variasi kegiatan. Karena itu bermain cenderung fleksibel, tidak ditentukan oleh sasaran yang ingin dicapai.
5.      Bebas memilih. Anak bebas dalam hal memilih kegiatan dan apa yang ingin dilakukannya tanpa kehendak orang lain
6.      Mempunyai kualitas pura-pura. Kegiatan bermain mempunyai kerangka tertentu yang memisahkan dari realita atau kehidupan sehari-hari. Kerangka ini berlaku pada terhadap semua bentuk kegiatan bermain. Realitas internal lebih diutamakan daripada realitas eksternal, karena anak memberi makna baru terhdap objek yang dimainkan dan mengabaikan keadaan objek yang sesungguhnya. Kualitas pura-pura memungkinkan anak bereksperimen dengan kemungkinan- kemungkinan baru.

B.     Tahapan Bermain
Kegiatan bermain mempunyai tahapannya masing-masing. Inilah yang     dikemukakan pula oleh beberapa ahli diantaranya partern, jean piaget, dan Hurlock
1.      Partern
Parten membagi tahapan bermain dalm 6 bentuk kegiatan bermain[4], yaitu :
a.       Unoccupied Play
Anak tidak benar-benar  terlibat dalam kegiatan bermain melainkan hanya mengamati kejadian sekitarnya yang menarik perhatian anak. Contohnya ; ikut-ikutan orang lain berkeliling atau naik turun kursi  tanpa tujuan jelas.
b.      Solitary Play (bermain sendiri)
Biasanya nampak pada anak yang berusia amat muda. Anak sibuk bermain sendiri dan tampak tidak memperlihatkan kehadiran anak-anak lain disekitarnya. Contohnya bermain boneka, mobil-mobilan dll.


c.       Onlooker Play (pengamat)
Kegiatan bermain dengan mengamati anak-anak lain melakukan kegiatan bermain dan tampak ada minat yang semakin besar terhadap kegiatan anak lain yang diamatinya. Contohnya menonton pertandingan bola, menonton lomba-lomba, melihat anak-anak sedang main sebuah permainan.
d.      Parallel Play (bermain parallel)
Tampak saat dua anak atau lebih bermain dengan jenis alat permainan yang sama dan melakukan gerakan atau kegiatan yang sama tetapi bila diperhatikan tampak bahwa sebenarnya tidak ada interaksi diantara mereka. Mereka melakukan kegiatan yang sama secara sendiri-sendiri disaaat waktu yang bersamaan. Contohnya membuat bangunan melalui bermain balok, bermain puzzle, atau bermain lego, bermain sepeda.
e.       Assosiative Play (bermain asosiatif)
Ditandai dengan adanya interaksi antar anak yang bermain, saling tukar alat permainan, akan tetapi bila diamati akan tampak bahwa masing-masing anak sebenarnya tidak terlibat kerja sama. Contohnya tapak gunung, bermain karet atau lompat tali, menggambar bersama.
f.       Cooperative Play (bermain bersama)
Ditandai dengan adanya kerja sama atau pembagian tugas dan pembagian peran anatar anak-anak yang terlibat permainan  untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Contohnya, dokter-dokteran,  penjual dan pembeli
2.      Jean Piaget
Jean Piaget membaginya menjadi 4 tahapan yaitu[5] :
a.       Sensory Motor Play (3 bulan – 2 tahun)
Kegiatan anak semata-mata merupakan kelanjutan kenikmatan yang diperolehnya. Kegiatan berdasarkan inderana dan tubuhnya. Contohnya bermain cilukba, pok ame-ame.
b.      Symbolic play (2-7 tahun)
Merupakan ciri periode praoperasional yang ditandai dengan bermain pura-pura atau imajainatif dan khayalan. Pada masa ini anak juga lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba berbabagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan sebagainya. Contohnya bermain dokter-dokteran, masak-masakan, penjual dan pembeli, kuda-kudaan.
c.       Social Play games with rules (8- 11 tahun)
Dalam bermain banyak diwarnai oleh nalar, logika yang bersifat objektif. Kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan permainan. Contohnya bermain tak kadal, main kelereng, tapak gunung.
d.      Games with rules and sport (11 tahun keatas)
Kegiatan bermain lain yang memiliki aturan dan olahraga. Kegiatan bermain ini masih menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan kaku. Contohnya bermain sepak bola, kasti, basket.
3.      Hurlock
Hurlock mengemukakan bahwa perkembangan bermain terjadi melaui tahapan sebagai berikut[6] :
a.       Tahap Penjelajahan (Exploartory stage)
Berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau, meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya. Contohnya anak berusaha menggapai sesuatu dengan merangkak atau berjalan.
b.      Tahap mainan (toy stage)
Anak mulai mengetahui mainan dan meminta mainan, terkadang hanya sekedar memintanya tanpa memeperduliakan kegunaannya. Biasanya terjadi pada usia 2-6 tahun dengan puncaknya pada usia 5-6 tahun, sedangkan pada usia 2-3 hanya sekedar mengamati. Contohnya bermain gelembung-gelembung sabun, terompet.
c.       Tahap bermain (paly stage)
Pada masa ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa. Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah dasar. Contohnya bermain bola.
d.      Tahap melamun (Daydream play)
Tahap ini diawali saat anak mendekati masa pubertas. Pada masa ini anak sudah kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya  mereka sukai mulai banyak dihabiskan waktunya dengan melamun atau menghayal. Biasanya terjadi pada masa pubertas.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan gembira, tidak memiliki tujuan ekstrinsik, melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar bermain dan merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang sesuia dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.
C.     Manfaat Bermain
Bermain bukanlah hal atau suatu kegiatan yang hanya membuang waktu saja. Namun, dalam bermain pun juga memiliki banyak manfaat terutama pada perkembangan anak. Adapun manfaat bermain bagi anak adalah[7] :
1.      Manfaat bermain untuk perkembangan aspek fisik
Dari hal ini tentunya dalam bermain melibatkan gerakan-gerakan tubuh yang akan membuat tubuh menjadi sehat. Otot-otot tubuh akan tumbuh dan menjadi kuat. Selain itu anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakan. Selain itu anak dapat menyalurkan energy  yang berlebih sehingga anak menjadi tidak gelisah.
2.      Manfaat anak bermain untuk perkembangan aspek motoric kasar dan motoric halus
Melalui bermain anak dapat melatih koordinasi mata dan tangannya sehingga anak menjadi lebih terampil. Selain itu anak dapat menggerakan tangan, kaki ,serta tubuhnya.dan melalui bermain anak menjadi cekatan melakukan gerakan-gerakan seperti seperti berlari, meniti, bergelantungan, melompat, menendang, melempar, dan menangkap.
3.      Manfaat bermain untuk perkembangan aspek social
Melalui bermain anak akan belajar tentang berbagi, menggunakan alat mainan secara bergiliran, melatih kesabaran, tertib, bekerja sama, serta berkomunikasi dan interaksi dengan temannya. Selain itu anak juga belajar  mengenai system nilai, kebiasaan-kebiasaan dan standar moral dalam masyarakat, serta belajar bagaimana cara berprilaku.
4.      Manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian
Melalui bermain anak dapat melepaskan rasa ketidaksukaannya, ketegangan yang dialaminya, memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dan dorongan-dorongan yang dari dalam diri yang belum terpuaskan dalam kehidupan nyata, serta menyalurkan perasaannya. Dengan hal ini akan membuat anak menjadi relaks, senang dan setidaknya lega.


5.      Manfaat bermain untuk perkembangan aspek kognisi
Anak dpat belajar mengenai konsep-konsep dasar, kemampuan berbahasa, kreativitas (daya cipta), melatih daya nalar, serta daya ingat.
6.      Manfaat bermain untuk mengasah ketajaman penginderaan
Melalui bermain penginderaan akan diasah sehingga anak menjadi lebih tanggap atau peka terhadap lingkungan yang ada disekitarnya.
7.      Aspek perkembangan kreativitas.
 kegiatan ini menyangkut kemampuan melihat sebanyak mungkin alternatif jawaban. Kemampuan divergen ini yang mendasari kemampuan kreativitas seseorang.
Adapun manfaat lainnya menurut Effiana Yuriastien ada beberapa manfaat bermain bagi anak[8], yaitu :
1.      Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri. Ketika bermain, anak akan menentukan pilihan-pilihan. Mereka harus memilih apa yang akan dimainkan. Anak juga memilih di mana dan dengan siapa mereka bermain. Semua pilihan itu akan membantu terbentuknya gambaran tentang diri mereka dan membuatnya merasa mampu mengendalikan diri. Misalnya Permainan memotong kertas, mengatur letak atau mewarnai dapat dilakukan dalam beragam bentuk. Tidak ada batasan yang harus diikuti. Identitas dan kepercayaan diri dapat berkembang tanpa rasa ketakutan akan kalah atau gagal. Pada saat anak menjadi semakin dewasa dan identitasnya telah terbentuk dengan lebih baik, mereka akan semakin mampu menghadapi tantangan permainan yang terstruktur, bertujuan dan lebih dibatasi oleh aturan-aturan.
2.      Menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan kepercayaan diri.
Permainan mendorong berkembangnya keterampilan, fisik, sosial dan intelektual. Misalnya perkembangan keterampilan sosial dapat terlihat dari cara anak mendekati dan bersama dengan orang lain, berkompromi serta bernegosiasi. Apabila anak mengalami kegagalan saat melakukan suatu permainan, hal itu akan membantu mereka menghadapi kegagalan dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada saat mereka benar-benar harus bertanggungjawab.
3.      Melatih mental anak
Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki sekaligus mendapatkan pengetahuan baru. Orangtua akan dapat semakin mengenal anak dengan mengamati saat bermain. Bahkan, lewat permainan (terutama bermain pura-pura) orangtua juga dapat menemukan kesan-kesan dan harapan anak terhadap orangtua serta keluarganya.
4.       Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan anak dari stres
Kreativitas anak akan berkembang melalui permainan. Ide-ide yang orisinil akan keluar dari pikiran mereka, walaupun kadang terasa abstrak untuk orangtua. Bermain juga dapat membantu anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari. Stres pada anak biasanya disebabkan oleh rutinitas harian yang membosankan.
5.       Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran ‘baik’ dan ‘jahat’, hal ini membuat mereka kaya akan pengalaman emosi. Anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan penolakan dari situasi yang dia hadapi.
6.       Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak
Melalui permainan, anak dapat belajar banyak gal. Di antaranya melatih kemampuan menyeimbangkan antara motorik halus dan kasar. Hal ini sangat mepengaruhi perkembangan psikologisnya. Permainan akan memberi kesempatan anak untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus memecahkan masalah. Anak-anak akan berusaha menganalisa dan memahami persoalan yang terdapat dalam setiap permainan.
7.      Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata, mungkin akan memperlohen pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara saat bermain.
8.       Mengembangkan otak kanan anak
Bermain memiliki aspek-aspek yang menyenangkan dan membuka kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan teman sebaya serta mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Dengan begitu, bermain memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan, kemampuan yang mungkin kurang terasah baik di sekolah maupun di rumah.
9.      Standar moral
Walaupun anak belajar di rumah dan sekolah tentang apa yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral selain dalam kelompok bermain.
D.    Macam –macam Kegiatan Bermain
Kegiatan bermain terbagi menjadi 2 jenis, bermain aktif dan bermain aktif. Kedua kegiatan bermain tersebut memberikan kesenangan, kegembiraan, dan kebahagiaan pada anak dan dapat memenuhikebutuhana anak untuk bermain. Keduannya mempunyai sumbangan positif baik terhadap penyesuaian diri anak secara perkembangan emosi, kepribadian, maupun kognisi.
1.      Bermain aktif
Bermain aktif kegiatan yang diperoleh dari apa yang dilakukannya sendiri. Bermain aktif banyak dilakukan pada masa kanak-kanak awal. Namunkegiatan ini akan selalu ada bersama kegiatan bermain pasif hanya penekannannya saja yang berbeda. Beberapa kegiatan bermain aktif diantaranya :


a.       Bermain bebas dan spontan
b.      Bermain konstruktif (kegiatan yang menggunakan berbagai benda untuk menciptakan hasil tertentu)
c.       Bermain khayal atau bermain peran
d.      Mengumpulkan benda-benda (koleksi)
e.       Melakukan penjelajahan atau ekplorasi
f.       Games dan oalahraga
g.      Music (bernyanyi atau bermain alat music)
h.      Melamun

2.      Bermain Pasif
Bermain pasif cara memperoleh kesenangannya bukan berdasarkan kegiatan yang dilakukannya sendiri, hiburan (amusement) merupakan salah satu bentuk bermain pasif. Beberapa kegiatan bermain pasif diantaranya :
a.       Membaca
b.      Melihat komik
c.       Menonton film
d.      Mendengarkan radio
e.       Mendengarkan radio










  1. Bermain dan Kreativitas Anak Usia Dini
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat berekperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia dini, karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas
Bermain memberikan keseempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang lain serta mengartikannya dalam banyak alternatif cara.Selain itu bermain memberikan kesempatan pada individu untuk berpikir dan bertindak imajinatif, serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan perkembangan kreativitas anak. Bentuk bermain yang dapat membantu mengembangkan kreativitas [9]:
1. Mendongeng
2. Menggambar
3. Bermain alat musik sederhana
4. Bermain dengan lilin atau malam
5. Permainan tulisan tempel
6. Permainan dengan balok
7. Berolahraga


  1. Hubungan Perilaku Bermain dengan Kreativitas

Usia anak pra sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermain. Menurut Mulyadi mendefinisikan perilaku bermain sebagai suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan spontan dan dengan perasaan gembira, tidak memiliki tujuan yang eksentrik, melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan yang sistematis dengan hal diluar bermain (seperti perkembangan kreativitas sebagai kemampuan kognitif), sehingga hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya melalui khayalan, drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Rasa aman dan bebas merupakan kondisi terpenting bagi tumbuhnya kreativitas. Keadaan demikian sungguh berkaiatan dengan upaya pengembangan kreativitas Kreativitas anak usia prasekolah, tidak bisa dilepaskan dari factor bermain. Bermain merupakan awal dari timbulnya kreativitas. Orang tua dan guru dapat berperan aktif menciptakan suasana bermain melalui sikap individu, menerima anak sebagaimana adanya, memberi kebebasan pada anak, menjauhi sikap otoriter dalam memupuk bakat dan minat anak untuk berprestasi dan berkreasi secara actual[10]. Menurut Drevdahl (dalam Zulkarnain, 2002) menyatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta karangan, hasil atau ide-ide yang baru yang sebelumnya tidak dikenal oleh pencipta. Kemampuan ini merupakan aktivitas imajinatif atau berpikir sintesis yang hasilnya bukan merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman- pengalaman sebelumnya menjadi hal baru, harus berarti dan bermanfaat. Orang tua sangat senang memiliki anak yang cerdas dan kreatif. Potensi kreativitas sebenarnya sudah dimiliki sejak lahir, namun peran orang tua dan guru yang dapat memastikan potensi mereka agar berkembang secara optimal. Menjadi kreatif penting artinya bagi anak karena dapat menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat permainan  menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas (Hurlock, 1993). Mulyadi (2004) membagi jenis perilaku bermain menjadi empat yaitu bermain fisik, kreatif, imajinatif dan
manipulative play. Masing-masing jenis perilaku bermain mempunyai manfaat tetapi tentu saja perlu dilakukan dengan seimbang karena apabila anak terlalu terpaku pada salah satu jenis kegiatan, anak tidak akan mendapatkan manfaat yang akan dipetik (Tedjasaputra, 2005). Pendidikan di taman kanak-kanak harus lebih banyak menekankan segi bermain sambil belajar. Maka segala kegiatan hendaknya dilaksanakan dengan cara bermain untuk memupuk kreativitas anak sejak dini


[1] Mayke S.Tedjasaputra, Bermain,Mainan,dan Permainan, ( Jakarta : Grasindo,2007 ).hh.7-12.
[2] Ibid, Bermain,Mainan,dan Permainan.h.21
[3] Ibid, Bermain,Mainan,dan Permainan.hh.16-17
[4] Mayke S.Tedjasaputra, Bermain,Mainan,dan Permainan, ( Jakarta : Grasindo,2007 ).hh.21-23
[5] Mayke S.Tedjasaputra, Bermain,Mainan,dan Permainan, ( Jakarta : Grasindo,2007 ).hh.24-27

[6] Mayke S.Tedjasaputra, Bermain,Mainan,dan Permainan, ( Jakarta : Grasindo,2007 ).hh.27-28
[7] Mayke S.Tedjasaputra, Bermain,Mainan,dan Permainan, ( Jakarta : Grasindo,2007 ).hh.39-44
[8] http//www.wordpres .com -pengertian bermain menurut ahli dan pentingnya bermain-oleh Sabab Jalal, diunduh  pada 21 oktober 2014 pukul 19.40 wib.

[9] http//www.wordpres. com – Bermain dan kreativitas anak usia dini- oleh Devi Ari Mariani, diunduh pada 21 oktober 2014 pukul 20.10 wib
[10] Htttp//www. Gunadarma.ac.id- Jurnal_hubungan perilaku bermain dengan kreativitas pada anak pra-sekolah- oleh Astria Hendraswati, diunduh pada 24 oktober 2014, pukul 18.55 wib

No comments:

Post a Comment